Daftar Hitam Islamophobia, 7 Negara Ini Jadi Buktinya!

Pemimpin partai politik sayap kanan Denmark Stram Kurs Rasmus Paludan membakar salinan Alquran selama manifestasi di luar kedutaan Turki di Stockholm, Swedia, 21 Januari 2023. (Fredrik Sandberg/TT News Agency/via REUTERS)

Di beberapa negara masih terdapat Islamophobia, yakni pandangan yang merujuk pada diskriminasi, ketakutan, dan rasa benci terhadap Islam dan umat Muslim. Sebenarnya Islamophobia sudah ada sejak zaman dulu. Namun, istilah ini kemudian semakin populer dengan adanya peristiwa pada September 2011 di Amerika Serikat (AS). Saat ini Islamophobia ini umumnya terjadi di negara-negara dengan penduduk minoritas muslim.

Kehidupan muslim cukup berat di beberapa negara yang anti muslim. Negara-negara anti muslim tersebut punya sentimen tersendiri dengan Islam. Alasan mereka memang berkaitan dengan kelakuan kelompok negara Islam untuk Irak dan Syam (ISIS), walaupun diketahui tidak semua muslim terlibat dengan kegiatan ekstremis tersebut.

Ada beberapa negara yang memiliki politisi dengan pandangan anti muslim dan bahkan secara terang-terangan menyerukan anti muslim di publik.

1. Prancis

Nicolas Sarkozy yang menjabat sebagai Presiden Prancis pada tahun 2011 saat itu menyerukan sebuah larangan penggunaan niqab, yakni kerudung yang menutup seluruh tubuh kecuali pada bagian mata. Perempuan yang menggunakan niqab tidak diterima di Prancis. Apabila ada yang melanggar, maka akan didenda sebesar 150 euro atau Rp2,4 juta. Pemaksaan penggunaan niqab juga akan dikenakan sanksi berupa denda sekitar Rp480 juta dan satu tahun penjara. Abdallah Zekri, Kepala National Observatory of Islamofobia, mengatakan bahwa setidaknya ada sekitar 235 serangan yang ditujukan kepada warga Muslim Prancis pada 2020 lalu. Saat ini, Prancis telah mengeluarkan RUU anti-separatisme yang mengacu pada pembatasan komunitas Muslim.

Kini Nicolas Sarkozy sudah tidak menjabat sebagai Presiden Prancis, ia menjabat sejak 2007 hingga 2012. Pada tahun 2017 Sarkozy berusaha kembali ke perpolitikan. Namun langkah itu gagal karena partainya, Les Republicains, tidak mengajukan Sarkozy menjadi calon presiden.

2. India

Muslim di India dipaksa pindah agama oleh organisasi Hindu militan bahkan didukung oleh Partai Bharatiya Janata (BJP), partai mayoritas di parlemen Negeri Hindustan sekaligus partai tempat Perdana Menteri Narendra Modi bernaung.

Pada 2014 terdapat kasus 300 warga muslim dipaksa menjadi Hindu dan diberi kartu identitas baru. Organisasi Hindu aliran garis keras ini berkilah mereka yang murtad dulunya Hindu dan tugas mereka meluruskan kembali akidahnya.

3. Swedia

Sebelumnya Swedia tersohor sebagai negara Eropa yang ramah pada muslim meski politikus sayap kanan kerap mengkritik umat Islam namun di tingkatan warga jarang ada bentrokan atas nama agama.

Namun aksi pembakaran Al-Quran di kota Malmo pada 2020 telah menjadi bukti Islamofobia yang nyata yang terjadi di Swedia. Umat Muslim Swedia berbondong-bondong unjuk rasa melayangkan protes karena aksi pembakaran tersebut. Hal ini menimbulkan pertanyaan karena Swedia termasuk negara Eropa yang dianggap cukup ramah bagi orang Muslim. Namun, telah terjadi perubahan pandangan orang Swedia terhadap umat Muslim. Mereka memandang umat muslim sebagai biang masalah yang pada akhirnya menciptakan benih-benih Islamofobia. Gerakan anti-Islam pun mulai tersebar.

4. Jerman

Hampir 44% orang Jerman yang disurvei berpendapat bahwa organisasi Muslim harus dipantau oleh badan keamanan negara, sementara hanya 16% yang menentang langkah tersebut. Sikap anti-Islam sedikit lebih umum di antara para migran yang tiba di Jerman dari negara-negara non-Muslim. Orang-orang yang memiliki kontak sosial dengan Muslim, cenderung tidak memiliki sikap anti-Islam.

Gerakan anti-Islam pun muncul, mereka pegiat Neo-Nazi yang benci pada imigran. Mereka menggelar parade bertajuk Pegida, akronim dari Warga Eropa Patriotik Menolak Islamisasi Peradaban Barat. Pawai ini ramai terjadi di Kota Dresden dan Cologne bahkan saban pekan. Mereka meminta imigrasi memperketat hukum bagi pencari suaka masuk terutama mereka yang berasal dari Timur Tengah. Mereka tak sudi Negeri Panzer ini makin banyak muslim.

5. Norwegia

Islamophobia terkuat terdapat di Norwegia. Aksi penistaan Islam marak terjadi di negara ini, seperti pembakaran Al-Quran dan penghinaan Nabi Muhammad. Ketua Stop Islamization of Norway mengatakan bahwa Islam sama sekali tidak diterima di Norwegia dan semua Al-Quran yang ada harus dihancurkan. Tidak hanya itu, studi oleh para peneliti di Institut Penelitian Sosial Norwegia mengungkapkan bahwa pelamar kerja yang memiliki nama Pakistan atau Muslim menerima panggilan kerja 25% lebih dari sedikit daripada penduduk asli Norwegia. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa tingkat diskriminasi terhadap kaum Muslim di Norwegia sudah memprihatinkan.

6. Republik Ceko

Berbeda dengan Norwegia yang begitu terlihat sebagai anti islam, di Republik Ceko justru gerakan anti muslim tak terlihat jelas namun sekalinya tampil amatlah mencengangkan. Bahkan secara blak-blakan dilakukan oleh seorang tokoh politik cukup tersohor di negara itu.

Tomio Okamura telah menyerukan warga Ceko untuk melepaskan hewan dianggap najis oleh muslim yakni babi dan anjing ke tempat ibadah umat Islam (masjid). Lelaki berdarah Jepang ini bahkan mengajak penduduk tidak membeli makanan atau barang di toko milik pengikut Nabi Muhammad.

Bahkan Tomio sering menuliskan catatan agar seharusnya warga Ceko mengusir umat Islam imigran. Lelaki ini mengaku sadar saat mengucapkan itu dan telah berkonsultasi dengan pelbagai penegak hukum hingga dia yakin ucapannya tak bisa membuat dirinya masuk penjara.

7. Kanada

Direktur Asosiasi Muslim Kanada Rania Lawendy mengungkapkan bahwa anti-Muslim dan Islamophobia sudah mengakar cukup lama di Kanada. Hal ini terlihat dari beberapa kasus perusakan masjid dan ancaman pembunuhan terhadap umat Islam.

Bahkan pada Juni 2021, terjadi kecelakaan yang melibatkan sebuah kejahatan atas nama Islamophobia. Satu keluarga tewas akibat ditabrak mobil. Satu keluarga tersebut terdiri atas ayah, ibu, nenek, dan seorang anak remaja, sementara satu anak lain yang berusia 9 tahun mengalami luka. Penyerangan terjadi karena keluarga yang diketahui keturunan Pakistan ini sedang berjalan-jalan sore dan mengenakan pakaian Muslim. Namun, penyerangan terhadap umat Muslim di negara ini bukan yang kali pertama terjadi.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*